LAMPIRAN 1:
Konsep
dan Prinsip Lesson study
APA,
MENGAPA, DAN BAGAIMANA LESSON STUDY
A.
Pengertian
Lesson study
Lesson study adalah suatu proses sistematis
yang digunakan oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya
dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran (Garfield, 2006). Proses
sistematis yang dimaksud adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk
mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan observasi, refleksi
dan revisi rencana pembelajan secara bersiklus dan terus menerus. Menurut
Walker (2005) Lesson study adalah
suatu metode pengembangan profesional guru. Menurut Lewis (2002) ide yang
terkandung di dalam lesson study
sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan
pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi
dengan guru lain untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang dilakukan.
Secara lebih operasional lesson
study adalah kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan oleh
sekelompok guru untuk guna mengetahui efektivitas dari suatu pembelajaran.
Kegiatan seperti diatas dilakukan secara terus untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan peningkatan kompetensi guru, agar guru menjadi lebih
profesional di dalam menjalankan tugasnya. Di Indonesia, lesson study juga dapat diartikan sebagai suatu model pembinaan
profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar dalam rangka
meningkatkan profesionalisme guru serta meningkatkan kualitas pembelajaran.
B.
Langkah-langkah
Pelaksanaan Lesson study
Dalam
praktiknya ada beberapa variasi atau penyesuaian cara melakasanakan lesson study. Lewis (2002)
menyarankan ada enam tahapan dalam awal mengimplementasikan lesson study di sekolah.
Tahap 1: Membentuk kelompok lesson
study, yang antara lain berupa kegiatan
merekrut anggota kelompok, menyusun komitmen waktu khusus, menyusun jadwal
pertemuan, dan menyetujui aturan kelompok.
Tahap 2: Memfokuskan lesson study,
dengan tiga kegiatan antara utama, yakni: (a) menyepakati tema penelitian
(research theme) tujuan jangka panjang
bagi murid; (b) memilih cakupan materi; (c) memilih unit pembelajaran dan
tujuan yang disepakati.
Tahap 3: Merencanakan
rencana pembelajaran (Research Lesson), yang meliputi kegiatan melakukan
pengkajian pembelajaran yang telah ada, mengembangkan petunjuk pembelajaran,
meminta masukan dari ahli dalam bidang studi dari luar (dosen atau guru lain
yang berpengalaman).
Tahap 4: Melaksanakan
pembelajaran di kelas dan mengamatinya (observasi). Dalam hal ini pembelajaran
dilakukan oleh salah seorang guru anggota kelompok dan anggota yang lain
menjadi pengamat. Pengamat tidak diperkenankan melakukan intervensi terhadap
jalannya pembelajaran baik kepada guru maupun siswa.
Tahap 5: Mendiskusikan dan menganalisis
pembelajaran, yang telah dilaksanakan. Diskusi dan analisis sebaiknya mencakup
butir-butir: refleksi oleh instruktur, informasi latar belakang anggota kelompok, presentasi dan diskusi data dari hasil
pengamatan pembelajaran, diskusi umum, komentar dari ahli luar, dan ucapan terima kasih.
Tahap 6: Merefleksikan
pembelajaran dan merencanakan tahap-tahap selanjutnya. Pada tahap ini anggota
kelompok diharapkan berpikir tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Apakah berkeinginan untuk membuat peningkatan agar pembelajaran ini menjadi
lebih baik?, apakah akan mengujicobakan di kelas masing-masing?, dan anggota
kelompok sudah puas dengan tujuan-tujuan lesson study dan cara kerja kelompok?
Sementara itu,
Richardson (2006) menuliskan ada 7 tahap atau langkah yang termasuk dalam
lesson study, yakni:
Tahap 1: membentuk sebuah tim lesson
study.
Tahap 2: Memfokuskan lesson study.
Tahap 3: Merencanakan rencana
pembelajaran.
Tahap 4:
Persiapan untuk observasi.
Tahap 5:
Melaksanakan pengajaran dan observasinya.
Tahap 6: Melaksanakan
tanya-jawab/diskusi pembelajaran.
Tahap 7: Melakukan refleksi dan
merencanakan tahap selanjutnya.
Masih ada
beberapa variasi lagi tahapan lesson study yang dikemukakan oleh beberapa ahli,
seperti Robinson (2006) yang mengusulkan
8 tahap berdasarkan pada jumlah pertemuan yang diperlukan dalam pelaksanaan
lesson study dalam implementasinya di “Israeli Middle School Teachers”.
Sementara itu, implementasi lesson
study di Indonesia yang dimulai saat para tenaga ahli Jepang dalam Program
IMSTEP JICA mengenalkan lesson
study di tiga universitas (UPI, UNY dan UM)
pada akhir tahun 2004. Dalam tahap awal pengenalan lesson study tersebut Saito (2005) mengenalkan ada tiga tahap utama
lesson study, yakni: (1) Perencanaan
(Plan), (2) Pelaksanaan (Do), dan Refleksi (See). Penyederhanaan menjadi tiga tahap saja dilakukan dengan
pertimbangan untuk memudahkan praktiknya dan menghilangkan kesan bahwa lesson study sebagai suatu
kegiatan yang rumit dan sulit dilakukan. Ketiga tahapan tersebut dilakukan
secara berulang dan terus-menerus (siklus). Kegiatan utama yang dilakukan dalam
masing-masing tahapan tersebut dapat dilihat pada Bagan 1 berikut ini.
A. PERENCANAAN(PLAN)
- Penggalian akademik
- Perencanaan pembelajaran
- Penyiapan alat-alat
B. PELAKSANAAN (DO)
- Pelaksanaan
Pembelajaran
- Pengamatan
oleh rekan sejawat.
C. REFLEKSI (SEE)
-Refleksi dengan rekan sejawat
Tahap
perencanaan (Plan) bertujuan untuk
menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta
didik secara efektif serta membangkitkan partisipasi aktif peserta didik dalam
pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dapat dilakukan secara sendirian.
Pada tahap ini beberapa pendidik dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide
terkait dengan rancangan pembelajaran yang akan dihasilkan, baik dalam aspek
pengorganisasian bahan ajar, aspek pedagogis, maupun aspek penyiapan alat
bantu pembelajaran. Kegiatan penggalian akademik yang dimaksud adalah melakukan
kajian/analisis terhadap standar kompetensi, kompetensi dasar dan pemahaman
guru-guru terhadap konsep materi yang akan diajarkan. Sebelum ditetapkan
sebagai hasil final, semua komponen yang tertuang dalam rancangan pembelajaran
dicobaterapkan (disimulasikan). Pada tahap ini juga ditetapkan prosedur
pengamatan termasuk instrumen yang diperlukan.
Tahap
pelaksanaan (Do) dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran
yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya. Salah satu anggota (guru)
bertindak sebagai ”guru model” sedangkan yang lain bertindak sebagai pengamat.
Pengamat lainnya (selain anggota kelompok perencana) juga dapat bertindak sebagai
pengamat. Fokus pengamatan diarahkan pada aktivitas belajar peserta didik
dengan berpedoman pada prosedur dan instrumen pengamatan yang telah disepakati
pada tahap perencanaan, bukan untuk mengevaluasi penampilan guru yang sedang
bertugas mengajar. Selama pembelajaran berlangsung, pengamat tidak boleh mengganggu
atau intervensi kegiatan pembelajaran.
Pengamat juga dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital untuk
keperluan dokumentasi dan atau bahan diskusi pada tahap berikutnya, atau
bahkan untuk kegiatan penelitian. Kehadiran pengamat di dalam ruang kelas di
samping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari
pembelajaran yang sedang berlangsung.
Tahap
refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan
pelaksananaan pembelajaran. Guru atau dosen yang telah bertugas sebagai
pengajar mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan
pembelajaran. Kesempatan berikutnya diberikan kepada anggota kelompok
perencana yang dalam tahap do bertindak sebagai pengamat. Selanjutnya
pengamat dari luar diminta menyampaikan komentar dan lesson learned dari pembelajaran terutama berkenaan dengan
aktivitas peserta didik. Kritik dan saran disampaikan secara bijak tanpa
merendahkan atau menyakiti guru demi perbaikan. Sebaliknya, pihak yang dikritik
harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran
berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali
pembelajaran berikutnya yang lebih baik.
A.
Alasan
Digunakannya Lesson Study
Mengapa
menggunakan lesson study dan bagaimana lesson study dapat membawa pada
perbaikan kualitas pembelajaran dan pendidikan secara lebih luas? Menurut Lewis
(2002) di Jepang lesson study tidak hanya memberikan sumbangan terhadap
pengetahuan keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap peningkatan sistem
pendidikan yang lebih luas. Lewis (2002)
menguraikan ada lima jalur yang dapat ditempuh lesson study, yakni: (1) membawa
tujuan standard pendidikan ke alam nyata di dalam kelas, (2) menggalakkan
perbaikan dengan dasar data, (3) mentargetkan pencapaian berbagai kualitas
siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar, (4) menciptakan tuntutan mendasar
perlunya peningkatan pembelajaran, dan (5) menjunjung tinggi nilai guru.
Lewis, Perry dan Murata (2006) telah mengembangkan tabel
atau bagan untuk menjelaskan tentang mekanisme lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Lihat Bagan
2). Sementara Stepanek (2003) menjelaskan bahwa lesson study dapat membantu para guru untuk melihat kelas atau
pembelajarannya melalui “kacamata” penelitian. Proses tersebut berpotensi untuk
mengubah sekolah menjadi tempat di mana guru dapat meneliti dan memverifikasi
apa yang dikerjakan untuk murid- muridnya. Bahkan Stepanek juga mengatakan
bahwa peta pendidikan berubah secara signifikan ia menuliskan lesson study pertama kali dalam Jurnal
Northwest Teacher di Northwest-USA.
Hasil studi tentang kegiatan piloting pembelajaran MIPA dan lesson
study selama masa implementasi program tindak lanjut IMSTEP 2004-2005
memaparkan adanya perubahan dalam praktik pengajaran matematika dan sains di
Indonesia setelah dimulainya lesson study.
Perubahan tersebut adalah: (1) perubahan dalam pemantapan dasar akademik
pembelajaran, akibat dari jalinan antara guru dengan dosen-dosen dari
universitas; (2) perubahan dalam struktur pembelajaran, ditunjukkan dengan
digunakannya eksperimen atau aktivitas fisik/kerja, dan diskusi; (3) perubahan
reaksi siswa selama dalam proses pembelajaran (Saito, 2005; Saito, Harun, dan
Ibrohim, 2005; Saito, et al. 2006; Saito, et al. 2006a). Sebagai contoh, hasil
monitoring dan evaluasi kegiatan piloting
dan lesson study dalam pembelajaran
biologi di sekolah menengah Kota Malang, Jawa Timur menunjukkan bahwa kegiatan
ini dapat meningkatkan keprofesionalan guru serta meningkatkan kualitas proses
dan hasil pembelajaran biologi. Di samping itu guru biologi menjadi lebih
inovatif dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Di
samping itu, hasil belajar siswa meningkat, ditandai dengan peningkatan hasil
biologi siswa, dari 72% siswa yang
mendapatkan nilai di atas 60 menjadi 97% siswa (Sulasmi dan Rahayu, 2006).
Bukti lain yang menunjukkan keunggulan
dari lesson study dilaporkan oleh
Sumarna (2006) bahwa pelaksanaan lesson
study berbasis sekolah membawa manfaat di antaranya: 1) guru biologi
menjadi termotivasi dan bangkit untuk membuat inovasi dalam pembelajarannya
sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, komunikatif, dan menyenangkan.
Motivasi guru ini tumbuh karena adanya
kerjasama yang positif, akademis, sinergis, dan kolaboratif di antara guru
dalam kelompok MGMP sekolah; 2) adanya persiapan pembelajaran yang lebih baik
dari guru biologi, baik persiapan mental, administrasi, dan penguasaan materi
pelajaran; dan 3) guru biologi menjadi terdorong untuk belajar lebih banyak
dalam hal materi, pemilihan strategi dan penggunaan model pembelajaran yang
tepat demi kesuksesan pembelajarannya.
Liliasari (2008) menjelaskan bahwa Lesson study telah meningkatkan kemampuan
guru menyusun model pembelajaran dan keakuratan pengelolaan waktu untuk
pengajaran. Selain lesson study juga
meningkatkan keterbukaan dan dalam mengobservasi dan mengkritisi pembelajaran. Menurut Ibrohim (2008) kegiatan lesson study dalam Program SISTTEMS telah meningkatkan keefektivan
dan intensitas kegiatan MGMP MIPA di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Selain itu
kegiatan lesson study juga
telah mengindikasi dapat menyebabkan peningkatan kompetensi guru MIPA, mulai
dari penguasaan materi ajar, kemampuan mempersiapkan, melaksanakan,
mengobservasi pembelajaran dan merefleksikannya. Hasil penelitian seorang pengawas sekolah di Sumedang, Jawa Barat (Kusdijantono,
2008) menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut: (1) lesson study yang diterapkan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
telah mampu mengoptimalkan guru dalam melaksanakan tugas dalam pembelajaran;
(2) mengoptimalkan hak belajar siswa dalam kelas; dan (3) peran pengawas
sebagai seorang pengamat lebih teraktualisasi.
Serangkaian
kegiatan, mulai dari tahap plan sampai see, dilakukan secara kolaboratif. Hal ini secara nyata telah
menghasilkan dampak sosiologis yang sangat positif. Kolegialitas antarpendidik
dapat terbina dengan baik, tidak ada pendidik yang merasa lebih tinggi atau
lebih rendah. Mereka juga berbagi pengalaman dan saling belajar. Dengan
demikian, melalui serangkaian kegiatan dalam rangka lesson study ini terbentuk atmosfer akademik yang kondusif bagi
terciptanya mutual learning (saling
belajar). Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat dalam lesson study harus memperoleh lesson
learned. Dengan demikian lesson study
sangat potensial untuk membangun learning
community.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomtar